Dulu… ketika menjadi
salah satu PR Program untuk sebuah
stasiun televisi ternama di negeri ini, saya kebagian tugas untuk mengurus sebuah
acara yang cukup “rumit” dibandingkan dengan acara-acara harian lainnya, yaitu
sebuah program kontes kecantikan. Sesuai tugasnya, saya kebagian memperisapkan
serta menyusun segenap materi promosi tertulis. Mulai dari rilis, media kit hingga booklet acara.
Akhirnya, untuk menyelesaikan tugas, saya
mengumpulkan data-data para peserta, dewan juri dan para disainer yang turut
berpartsipasi dalam acara tersebut. Di antara barisan nama disainer ternama itu, hati saya tertambat pada
salah satu brand batik kelas atas, Alleira Batik. Saking semangatnya profil para
pendiri Alleira adalah lembar yang paling pertama selesai karena selain wajib menyelesaikan
tugas, saya juga sedang mencari pembenaran di antara teman-teman saya .
Jadi, di antara teman-teman,
saya adalah satu-satunya yang menentang pendapat bahwa Annisa Pohan adalah
pemilik brand Alleira. Menurut teman-teman saya, Batik Alleira adalah milik menantu
presiden SBY karena (kata mereka)
Alleira diambil dari nama anaknya, Aira. Makanya produk-produk Alleira selalu
dipakai oleh Annisa dan Aira. Hehehe… Alasan
yang cukup bisa diterima dan Saya yakin tidak hanya kelima teman saya
yang berpikir seperti itu.
Saya berpikir, betapa
canggihnya strategi yang digunakan oleh tim Alleira hingga dapat menanamkan opini
tersebut di beberapa benak masyarakat. Sebab citra Batik Alleira yang berada di Mall-mall elite, mahal, kelas atas dan
sangat mewah ini tepat sekali dengan sosok Annisa Pohan yang juga mewakili
kemewahan, kemapanan serta elegan pada saat bersamaan. Bisa jadi ada yang beranggapan bahwa brand “Allur”dibeli oleh Annisa Pohan dan diganti menjadi Alleira.
Jumat lalu, 3 Mei 2013 saya
berkesempatan untuk mendengarkan secara langsung “strategi-strategi” dari
mereka yang beberapa tahun lalu saya tulis kisahnya. Selama hampir dua jam saya
terpana mengedarkan segenap resep berbisnis yang memang tidak perlu diragukan lagi
buktinya. Batik Alleira tidak hanya menjadi “tuan” di negeri ini tetapi sudah
mulai memiliki tempat di hati pasar luar negeri.
Ibu Lisa Miharja, salah
satu owner Alleira menjelaskan dengan detail bagaimana
mereka menciptakan positioning
produknya dengan jelas dan tegas. Alleira tidak di siapkan untuk bersaing
dengan pasar tradisional yang sudah berakar. Alleira datang dan langsung memposisikan
dirinya dengan sentuhan modern dan mencipakan kelasnya sendiri.
Uniknya Alleira
memadukan unsur timur dan barat (East
& West) dalam konsep berbisnis. Sentuhan timur dipertahankan dalam proses
memproduksi material Alleira yang menggunakan tehnik membatik dengan canting,
malam dan lain sebagainya yang mana foto-foto proses ini ditampilkan Pak
Zakaria saat presentasi. Sementara itu, unsur barat diaplikasikan pada sistem
pengemasan, pemasaran dan penjualannya. Akhirnya, komitmen yang kuat dalam
memegang prinsip East&West
berhasil membuat Alleira berada di dalam daftar merk papan atas yang teruji
kualitasnya.
Tidak hanya bercerita mengenai ilmu bisnis, para pendiri Alleira pun berbagi mengenai banyak hal,
tentang bermimpi, membangun sebuah kepercayaan di dalam tim serta pentingnya
menjadi penebar manfaat untuk banyak orang. Sebagai bentuk CSR, Alleira telah
memberikan pelatihan kepada sebuah yayasan perempuan untuk mengolah sisa-sisa
batik menjadi hiasan, boneka serta produk lainnya. Nantinya produk-produk itu
dibeli lagi oleh Alleira. Wow..
Akhirnya setelah acara
berakhir, saya mulai membuat coret-coretan, mulai mencoba mengitrospeksi dan
belajar dari kesuksesan tim Alleira yang membranding Batik hingga ke luar
negeri . Siapa tahu.. usaha –usaha yang sedang saya jalankan bisa ketularan
suksesnya. Amin,,,
Thanks to #Road2IBF dan mas @yuswohadi
yang memberikan kesempatan –kesempatan belajar seperti ini.
Super Happy and Have
a great holiday everyone