i think...

Selasa, 07 Mei 2013

Late post: Something to learn from Alleira




Dulu… ketika menjadi salah satu PR Program  untuk sebuah stasiun televisi ternama di negeri ini,  saya kebagian tugas untuk mengurus sebuah acara yang cukup “rumit” dibandingkan dengan acara-acara harian lainnya, yaitu sebuah program kontes kecantikan. Sesuai tugasnya, saya kebagian memperisapkan serta menyusun segenap materi promosi tertulis. Mulai dari rilis, media kit hingga booklet acara.

 Akhirnya, untuk menyelesaikan tugas, saya mengumpulkan data-data para peserta, dewan juri dan para disainer yang turut berpartsipasi dalam acara tersebut. Di antara barisan nama  disainer ternama itu, hati saya tertambat pada salah satu brand batik kelas atas, Alleira Batik. Saking semangatnya profil para pendiri Alleira adalah lembar yang paling pertama selesai karena selain wajib menyelesaikan tugas, saya juga sedang mencari pembenaran di antara teman-teman saya .

Jadi, di antara teman-teman, saya adalah satu-satunya yang menentang pendapat bahwa Annisa Pohan adalah pemilik brand Alleira. Menurut teman-teman saya, Batik Alleira adalah milik menantu presiden  SBY karena (kata mereka) Alleira diambil dari nama anaknya, Aira. Makanya produk-produk Alleira selalu dipakai oleh Annisa dan Aira. Hehehe…  Alasan yang cukup bisa diterima dan Saya yakin tidak hanya kelima teman saya yang berpikir seperti itu.

Saya berpikir, betapa canggihnya strategi yang digunakan oleh tim Alleira hingga dapat menanamkan opini tersebut di beberapa benak masyarakat.  Sebab citra Batik Alleira yang berada di Mall-mall elite, mahal, kelas atas dan sangat mewah ini tepat sekali dengan sosok Annisa Pohan yang juga mewakili kemewahan, kemapanan serta elegan pada saat bersamaan. Bisa jadi  ada yang beranggapan bahwa brand “Allur”dibeli oleh Annisa Pohan  dan diganti menjadi Alleira.

Jumat lalu, 3 Mei 2013 saya berkesempatan untuk mendengarkan secara langsung “strategi-strategi” dari mereka yang beberapa tahun lalu saya tulis kisahnya. Selama hampir dua jam saya terpana mengedarkan segenap resep berbisnis yang memang tidak perlu diragukan lagi buktinya. Batik Alleira tidak hanya menjadi “tuan” di negeri ini tetapi sudah mulai memiliki tempat di hati pasar luar negeri.

Ibu Lisa Miharja, salah satu owner Alleira menjelaskan dengan detail bagaimana mereka menciptakan positioning produknya dengan jelas dan tegas. Alleira tidak di siapkan untuk bersaing dengan pasar tradisional yang sudah berakar. Alleira datang dan langsung memposisikan dirinya dengan sentuhan modern dan mencipakan kelasnya sendiri. 

Uniknya Alleira memadukan unsur timur dan barat (East & West) dalam konsep berbisnis. Sentuhan timur dipertahankan dalam proses memproduksi material Alleira yang menggunakan tehnik membatik dengan canting, malam dan lain sebagainya yang mana foto-foto proses ini ditampilkan Pak Zakaria saat presentasi. Sementara itu, unsur barat diaplikasikan pada sistem pengemasan, pemasaran dan penjualannya. Akhirnya, komitmen yang kuat dalam memegang prinsip East&West berhasil membuat Alleira berada di dalam daftar merk papan atas yang teruji kualitasnya.

Tidak hanya bercerita mengenai ilmu bisnis, para pendiri Alleira pun berbagi mengenai banyak hal, tentang bermimpi, membangun sebuah kepercayaan di dalam tim serta pentingnya menjadi penebar manfaat untuk banyak orang. Sebagai bentuk CSR, Alleira telah memberikan pelatihan kepada sebuah yayasan perempuan untuk mengolah sisa-sisa batik menjadi hiasan, boneka serta produk lainnya. Nantinya produk-produk itu dibeli lagi oleh Alleira. Wow.. 

Akhirnya setelah acara berakhir, saya mulai membuat coret-coretan, mulai mencoba mengitrospeksi dan belajar dari kesuksesan tim Alleira yang membranding Batik hingga ke luar negeri . Siapa tahu.. usaha –usaha yang sedang saya jalankan bisa ketularan suksesnya. Amin,,,

Thanks to #Road2IBF dan mas @yuswohadi yang memberikan kesempatan –kesempatan belajar seperti ini. 

Super Happy and Have a great holiday everyone