i think...

Sabtu, 17 Oktober 2009

Senandung Masa Puber (dulu)

Lebaran kali ini terasa begitu berbeda. Umumnya aku hanya mengunjungi atau dikunjungi kerabat-kerabat yang memang hampir setiap tahun selalu sama urutannya. Kemudian jadwal silaturahmi hingga lima hari kedepan juga masih belum mengalami perubahan. Akan tetapi tiga hari sebelum kepulanganku ke Depok untuk berkutat dengan perkuliahan semester tujuh ini, aku dikunjungi oleh sosok lama yang penuh cinta. Seorang sahabat yang menemaniku melewati masa puber. Momen melepas rindu ini tidak berakhir di dalam ruang tamuku saja tetapi berlanjut ke pondokan A’an di Tuban serta ditutup di sebuah ruang tamu mungil milik Rika yang berada di belakang sebuah kios yang sudah berdiri sejak lawas, Trio Bersaudara. Sungguh luar biasa memperoleh kesempatan bertemu dengan teman lawas dengan kualitas teratas


Pada zaman peralihan dulu aku memiliki 3 orang sohib kental yang membentuk sebuah genk bernama Swear Group. Entah karena pertimbangan apa kami memilih nama tersebut. Asal sebut sepertinya.( ahaha bodohnya kami dulu.) Grup tengil ini beranggotakan Rika ( sang bintang kelas dan jago matematika ), A’an ( si pirang yang selalu membuatku iri karena ia tinggal jauh dari sekolah sehingga ia bias ikut serta di dalam bis antar jemput sekolah), Tuvida( sang penghibur dan setiap disisinya kita tak akan pernah bersedih) dan aku sendiri (yang walaupun gendut tapi banyak yang naksir,, ahahaha;). Walaupun aku, Rika dan Vida masih berada dalam satu kota, semenjak kelulusan SD kami tidak banyak berhubungan. Hal ini dikarenakan sekolah lanjutan yang kami masuki berbeda-beda. Hanya saja aku dan A’an masih duduk di bangku yang sama. Sekolah kami selalu masuk pagi sementara mereka sekolah jauh dari tempat kami dan baru mulai belajar ketika aku dan A’an sedang menunggu jemputan pulang.


Kenangan memang selalu indah untuk diceritakan kembali. Ditemani dengan teh botol dan jajanan lebaran buatan Rika, kami terpingkal-pingkal mengingat kebodohan dan kepolosan kita dulu. Mengolok-olok perubahan fisik yang kami alami serta bertukar cerita cinta monyet yang membara. Walaupun demikian ad satu hal yang menyedihkan dari pertemuan nostalgia ini, yaitu kerinduan kami akan sosok Tuvida yang kini telah berumah tangga dan kini berumah tangga di Singaraja, sebuah kabupaten di Bali yang cukup jauh dari tempat kami berada.


Sekembalinya di rumah segera kubuka lembaran album berwarna hijau muda yang berisikan foto perisahan kami dulu. Seketika aku terbawa ke suasana pagi hari ketika perpisahan sekolah Pagi itu halaman depan sekolah kami sudah dipenuhi sebagian anak-anak kelas 6 yang saat itu menapilkan gaya terbaik mereka. Atribut-atribut tamasya seperti topi base ball, ransel penuh dengan snack dan kacamata atau pengikat kepala andalan masing-masing tampak mewarnai gaya kami pagi itu. Aku sendiri bahkan mencoba untuk tampil sebaik mungkin dengan polo shirt dan celana panjang yang berwarna sama yaitu hijau muda. (Jujur saja busana itu baru dibelikan oleh mamaku sehari sebelumnya karena aku ingin tampil cantik dihadapan gebetanku saat itu yang bernama*****,, ahahaha )


Pada momen perpisahan SD itu kami seangkatan diboyong dengan angkutan umum khas bali yang kami namai Bemo. Tujuan saat itu ialah pantai Nusa Dua dan kami sangat kecewa mengingat perpisahan senior-senior kami dulu diselenggarakan di dataran tinggi Bedugul yang menurut kami sebagai anak Bali apalagi aku yang menghabiskan masa kecil hanya 1000 meter dari pantai kuta tentu jauh lebih asyik daripada sebuah pantai nusa dua yang hanya memakan waktu kurang dari satu jam untuk mencapainya. Namun keputusan birokrasi saat itu sudah bulat, Nusa Dua akan menjadi saksi bisu perpisahan kami anak-anak SD Muhammadiyah 1 Denpasar angkatan 1998. KLIK!!




ki: da Smartie
ka: da Blondie
tgh: da Bombshell ;)


P.S: hai anak-anak SD 1,, I really miss you all!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar