Melajang hingga menjelang seperempat abad bukanlah hal yang salah. Saya malah mendapati diri saya sumringah meski terkadang lelah menanti calon pelepas masa lajang yang belum juga datang...
Sang pembunuh masa lajang sebenarnya sudah siap melangkah untuk memanah ruas-ruas hati saya yang seolah belum berubah. Tetapi sulit bagi saya memilih salah satu dari panah -panah mereka.
Sekarang,, daripada terus menjelajah dan menelaah mereka yang sedang berusaha memanah,,lebih baik saya menggeledah siapa-siapa saja yang sudah berhasil membelah hati saya untuk kemudian bernaung di dalamnya dan membuat saya mengalah lalu berkata tanpa dusta bahwa "aku cinta dia"
Weiiitss...tapi jangan berharap saya akan membeberkan foto-fotodia(dia) yang menawarkan cita-cita dan cinta pada saya tetapi mereka yang ada adalah dia(dia) yang sudah dipanah namun tidak mungkin mengalah untuk saya :D
Dia(dia) adalah:
John Abraham
Terlahir dengan ramuan darah yang beragam membuat saya berselera macam-macam. Sentuhan India yang turut membesarkan, membuat saya tak mampu berdusta bahwa pesona India selalu jadi juara dan "sungguh..aku cinta dia"
Besar di era globalisasi tidak menutup mata saya dari dia(dia) yang menghiasi layar kaca.
Charles Bartholomew a.k.a Chuck Bass
Dia, apapun yang ada dalam dirinya berhasil mengalihkan dunia saya dengan sempurna. Satu hal yang menjadi favorit saya adalah gaya bicaranya yang pelan dan tajam penuh pesona. " Ya,,, aku cinta dia!!!"
Ian Somerhalder a.k.a Damon Salvatore
Di antara sederet Vampire-Vampire kelas atas yang merajai dunia hiburan,, hati saya hanya melemah tanpa syarat pada si dia. Vampire yang berada di lingkungan sederhana ini berhasil membuat saya bicara "Aku mencintainya"
Akibat tak mau berkiblat pada satu wilayah, akhirnya di daratan Asia timur pun saya sudah terpanah oleh dia(dia)
Jerry Yan a.k.a Tao Ming Se
Sosok penuh misteri ini sempat membuat saya ingin menyipitkan mata, meluruskan rambut dan memutihkan kulit coklat saya agar saya tampak seperti San Cai,,"Wo ai Tao Ming Se"
Won Bin
Baru mengenalnya dari satu film saja saya sudah cukup yakin dengan pesonanya yang membuat saya terjaga dan terus berkata dalam dada " aku memang cinta dia"
Tetapi bila berbalik lagi ke tahun-tahun sebeleum saya pantas disebut sebagai wanita dewasa yang telah meninggalkan usia remajanya,,sosok inilah yang paling berjasa menghiasi meja belajar saya sejak umur 12 tahun...
Ricky Martin
Panah-panah asmara yang berhasil mereka luncurkan rupanya hanya mampu membuai dunia mimpi saya, karena pada kenyataannya,, para lelaki yang membuat saya lemah tak berdaya sungguh jauh berbeda dari mereka. Walaupun sampai kini belum juga ada yang memanah dengan kepastian cita-cita dan cinta itu,, saya berharap.. nantinya masa lajang saya akan berakhir di medan cinta yang mana saya maupun sang pangeran cinta akan mengalah demi cinta kami berdua. Amiin :)
Minggu, 17 April 2011
Kamis, 14 April 2011
Yang Kini Terasa Manis
sekarang bulan sudah bergulir menjadi April.Perlahan saya teringat akan rangkaian perjuangan saya di tahun lalu. Tepatnya saat saya sedang merajut mimpi-mimpi meraih sarjana di perguruan tinggi nomor satu di negeri ini :)
Bulan April menyimpan kenangan tersendiri,, saat itu saya sudah mobat mabit menyiapkan bab 2 & 3. Akan tetapi karena satu kesempatan emas, saya menunda revisi skripsi hingga menjelang bulam Mei. Menunda bukan perkara yang mudah. Saya harus membuang perasaan resah dan gelisah karena takut tidak lulus tepat waktu. Namun sekarang.. ooh,,, indahnya dunia mengenang rasa yang dulu pahit mengigit kini begitu manis
dibawah ini adalah paragraf2 manis yang mengisi lembar ucapan terimakasih di skripsi saya:
Alhamdulillahhirobbilalamin Puji syukur tiada henti saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas ijin, berkat dan rahmat-Nya, akhirnya saya dapat melewati salah satu momen terpenting dalam hidup sebagai mahasiswa Program Studi Belanda di Universitas Indonesia. Dengan selesainya skripsi ini maka berakhir perjuangan saya untuk meraih gelar yang dinanti. Selain mukjizat dari Tuhan, penyusunan skripsi ini tidak akan pernah berhasil tanpa bantuan-bantuan orang ‘sakti‘ di sekitar saya dan oleh karenanya, saya ingin menghaturkan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya pada mereka.
Rasa terimakasih pertama saya haturkan kepada Ibu Christina T. Suprihatin, S.S. M.A, selaku pembimbing tunggal serta pembimbing akademis. ‘Kesaktian“ dan kesabaran beliau dalam membimbing dan meluruskan jalan pikiran saya, akhirnya membuat saya belajar banyak dari sosoknya yang kini juga menginspirasi. Selanjutnya ucapan terimakasih disampaikan kepada Ibu Dr. Lilie Mundalifah Roosman dan Ibu Mursidah M. Hum. yang telah membaca, menguji dan memberi masukan-masukan yang sangat berguna. Selain itu, saya juga berterimakasih kepada segenap dosen Program Studi Belanda yang telah mendidik selama 4 tahun hingga membuat saya siap menjemput masa depan yang gemilang.
Pihak-pihak lain yang membantu keberhasilan saya adalah segenap pengurus perpustakaan di FIB UI, PP UI serta perpustakaan di Erasmus Huis. Bantuan pihak perpustakaan memudahkan proses penulisan skripsi saya. Kemudian kepada pihak perusahan PT. Mutiara Warna Indonesia yang secara tidak langsung telah memfasilitasi saya untuk mengakses data tanpa batas. Peran Bapak Ibnu Wahyudi yang telah bersedia meluangkan waktu untuk bertukar pikiran juga turut berjasa dalam penulisan ini. Bantuan lainnya datang dari kakak-kakak senior, Febrianita, Julia, Dahlia, Anissaa, Anda, Achmad Solikhin dan Nancy. Peran mereka sangat membantu meredakan pergulatan batin saya yang berkepanjangan. Selain itu, peran-peran dari dari Dennis, Don dan Prastowo yang selalu ikut berdiskusi untuk keberhasilan ini juga tidak akan saya lupakan.
Benih-benih kesuksesan yang saya petik saat ini, tentunya berkat keberhasilan penanamannya di rumah. Papa saya, alm. Nizam Burhan adalah satu-satunya alasan saya berada di UI dan meskipun kini dia tengah menari menuju taman surga, bukan berarti saya harus mematikan mimpinya yang dititipkan pada saya.Mama Nurzulaicha yang selalu mendampingi dengan doa dan dukungannya sepanjang masa. Tiga orang kakak lelaki, Riski, Ilham dan Harris Nizam adalah tiga pahlawan yang tak pernah membiarkan saya sengsara walau sekejap saja. Seorang pahlawan perempuan kecil juga saya miliki, Bulan Nizam yang kian menyempurnakan kasih sayang dari keluarga saya. When I count on my blessings, my family is always on the top of my list, thanks God.
Alhamdulillah, sampai saat ini, saya selalu berada dalam lingkaran pertemanan yang penuh cinta. Seluruh teman baik saya dari angkatan 2006 membuat hari-hari saya selama 4 tahun selalu bercahaya, hingga tahap persidangan skripsi ini, kasih mereka tetap tulus terasa. Teman-teman yang juga menjadi tim sukses skripsi (Aulia, Lia, Tya, Gita, Anin, Ucha, Ays) yang bersedia meminjamkan harta dan terutama mata mereka untuk mereduksi keteledoran saya. Mantan teman sekamar dan teman sekampung saya, Dita yang setia menyemangati. Di antara teman-teman baik tesebut, saya diberi kesempatan oleh Tuhan untuk mengenal Aninditya, Dwina, Fina, Isty, Ria dan Vania lebih baik lagi dan terimakasih untuk jalinan persahabatan yang semakin memperindah warna kehidupan saya.
Terimakasih kepada segenap keluarga besar Burhan dan Amin Adios serta sahabat-sahabat yang selalu menyemangati walau jauh mereka berada.Sebenarnya masih banyak pihak-pihak lain yang turut berjasa namun tidak dapat disebutkan satu-persatu. Walaupun demikian, ucapan terimakasih tetap saya kirimkan dengan sepenuh hati.
Saya berharap semoga Allah SWT, berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Mereka semua telah berjasa menghiasi pemikiran saya sehingga lahirlah skripsi ini dengan segala kekurangan dan kelebihannya sebagai sebuah teks yang manusiawi dan semoga saja skripsi ini membawa manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Depok, Juni 2010
Penulis
saat sidang skripsi "bertegangan tinggi"(17 Juni 2010 )
Bulan April menyimpan kenangan tersendiri,, saat itu saya sudah mobat mabit menyiapkan bab 2 & 3. Akan tetapi karena satu kesempatan emas, saya menunda revisi skripsi hingga menjelang bulam Mei. Menunda bukan perkara yang mudah. Saya harus membuang perasaan resah dan gelisah karena takut tidak lulus tepat waktu. Namun sekarang.. ooh,,, indahnya dunia mengenang rasa yang dulu pahit mengigit kini begitu manis
dibawah ini adalah paragraf2 manis yang mengisi lembar ucapan terimakasih di skripsi saya:
Alhamdulillahhirobbilalamin Puji syukur tiada henti saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas ijin, berkat dan rahmat-Nya, akhirnya saya dapat melewati salah satu momen terpenting dalam hidup sebagai mahasiswa Program Studi Belanda di Universitas Indonesia. Dengan selesainya skripsi ini maka berakhir perjuangan saya untuk meraih gelar yang dinanti. Selain mukjizat dari Tuhan, penyusunan skripsi ini tidak akan pernah berhasil tanpa bantuan-bantuan orang ‘sakti‘ di sekitar saya dan oleh karenanya, saya ingin menghaturkan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya pada mereka.
Rasa terimakasih pertama saya haturkan kepada Ibu Christina T. Suprihatin, S.S. M.A, selaku pembimbing tunggal serta pembimbing akademis. ‘Kesaktian“ dan kesabaran beliau dalam membimbing dan meluruskan jalan pikiran saya, akhirnya membuat saya belajar banyak dari sosoknya yang kini juga menginspirasi. Selanjutnya ucapan terimakasih disampaikan kepada Ibu Dr. Lilie Mundalifah Roosman dan Ibu Mursidah M. Hum. yang telah membaca, menguji dan memberi masukan-masukan yang sangat berguna. Selain itu, saya juga berterimakasih kepada segenap dosen Program Studi Belanda yang telah mendidik selama 4 tahun hingga membuat saya siap menjemput masa depan yang gemilang.
Pihak-pihak lain yang membantu keberhasilan saya adalah segenap pengurus perpustakaan di FIB UI, PP UI serta perpustakaan di Erasmus Huis. Bantuan pihak perpustakaan memudahkan proses penulisan skripsi saya. Kemudian kepada pihak perusahan PT. Mutiara Warna Indonesia yang secara tidak langsung telah memfasilitasi saya untuk mengakses data tanpa batas. Peran Bapak Ibnu Wahyudi yang telah bersedia meluangkan waktu untuk bertukar pikiran juga turut berjasa dalam penulisan ini. Bantuan lainnya datang dari kakak-kakak senior, Febrianita, Julia, Dahlia, Anissaa, Anda, Achmad Solikhin dan Nancy. Peran mereka sangat membantu meredakan pergulatan batin saya yang berkepanjangan. Selain itu, peran-peran dari dari Dennis, Don dan Prastowo yang selalu ikut berdiskusi untuk keberhasilan ini juga tidak akan saya lupakan.
Benih-benih kesuksesan yang saya petik saat ini, tentunya berkat keberhasilan penanamannya di rumah. Papa saya, alm. Nizam Burhan adalah satu-satunya alasan saya berada di UI dan meskipun kini dia tengah menari menuju taman surga, bukan berarti saya harus mematikan mimpinya yang dititipkan pada saya.Mama Nurzulaicha yang selalu mendampingi dengan doa dan dukungannya sepanjang masa. Tiga orang kakak lelaki, Riski, Ilham dan Harris Nizam adalah tiga pahlawan yang tak pernah membiarkan saya sengsara walau sekejap saja. Seorang pahlawan perempuan kecil juga saya miliki, Bulan Nizam yang kian menyempurnakan kasih sayang dari keluarga saya. When I count on my blessings, my family is always on the top of my list, thanks God.
Alhamdulillah, sampai saat ini, saya selalu berada dalam lingkaran pertemanan yang penuh cinta. Seluruh teman baik saya dari angkatan 2006 membuat hari-hari saya selama 4 tahun selalu bercahaya, hingga tahap persidangan skripsi ini, kasih mereka tetap tulus terasa. Teman-teman yang juga menjadi tim sukses skripsi (Aulia, Lia, Tya, Gita, Anin, Ucha, Ays) yang bersedia meminjamkan harta dan terutama mata mereka untuk mereduksi keteledoran saya. Mantan teman sekamar dan teman sekampung saya, Dita yang setia menyemangati. Di antara teman-teman baik tesebut, saya diberi kesempatan oleh Tuhan untuk mengenal Aninditya, Dwina, Fina, Isty, Ria dan Vania lebih baik lagi dan terimakasih untuk jalinan persahabatan yang semakin memperindah warna kehidupan saya.
Terimakasih kepada segenap keluarga besar Burhan dan Amin Adios serta sahabat-sahabat yang selalu menyemangati walau jauh mereka berada.Sebenarnya masih banyak pihak-pihak lain yang turut berjasa namun tidak dapat disebutkan satu-persatu. Walaupun demikian, ucapan terimakasih tetap saya kirimkan dengan sepenuh hati.
Saya berharap semoga Allah SWT, berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Mereka semua telah berjasa menghiasi pemikiran saya sehingga lahirlah skripsi ini dengan segala kekurangan dan kelebihannya sebagai sebuah teks yang manusiawi dan semoga saja skripsi ini membawa manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Depok, Juni 2010
Penulis
saat sidang skripsi "bertegangan tinggi"(17 Juni 2010 )
mengeluhkan yang pertama
Alles is moeilijk om te beginen (semua permulaan itu selalu sulit) ungkapan yang terdengar lebih mirip keluhan itu datang dari salah satu dosen favorit saya., mevrouw Andrea yang tengah kesulitan menghidupkan proyektor yang berisi bahan-bahan kuliah semantik pragmantik (semprag) dalam bahasa Belanda. Setelah dibantu beberapa teman-teman seangkatan hingga pengurus gedung, akhirnya proyektor dan perangkat lainnya tersambung dan bersinergi menampilkan bahan ajar yang isinya sangat menarik.
Kali ini saya tidak akan membahas betapa menyenangkannya kelas semprag bersama mevrouw kami tersayang, tetapi akan membahas mengenai keakuratan pernyataan yang semakin hari semakin terbukti,bahwa semua permulaan itu selalu sulit.
Jika dikaitkan dengan pernyataan-pernyataan umum, permulaan, awalan atau hal-hal yang diikuti kata pertama memang cenderung sulit tetapi tak terlupakan.
Hari pertama sekolah, tahun pertama kuliah, kerja pertama, cinta pertama, ciuman pertama atau yang paling populer adalah malam pertama.
Susah, sakit, sedih, bahkan tidak jarang kita sempat depresi karena istilah yang bersambungan kata pertama itu. Tapi banyak juga yang merasa asyik dan senang setengah mati dengan sebuah permulaan. tapi saya yakin mereka yang suka ke- pertama-an itu pasti hanya segelintir di dunia ini.
Bila membahas ke-pertama-an saya di tahun ini? Saya punya cerita. Setelah enam bulan menjadi pekerja ‘lepas’ akhirnya tepat di awal tahun 2011 saya mengemban pekerjaan yang pertama di sebuah perusahaan ternama di negeri ini.
Sama seperti kata mevrouw Andrea yang maknanya juga serupa dengan persepsi umum akan sindrom ‘ke-Pertama-an itu,, pekerjaan pertama saya tidaklah mudah. Saya susah menghadapi, saya susah dihadapi dan saya susah mencari diri saya sendiri.
Awalnya saya selalu tenggelam dalam kebimbangan. Apakah saya cocok dengan bidang ini? Atau pekerjaannya yang tidak dapat dikompromi dengan diri saya? Apakah saya?? Ataukah saya?? Apa mungkin saya/ bagaimana kalau saya?
Beragam pertanyaan saya yang terus menerus tertuju pada saya ini membuat saya lelah.Kemudian saya terdiam sejenak dan sebelum terlelap, saya teringat sebaris keluhan yang kini terasa manis. “alles is moeilijk om te beginnen. And its true, this is my first job I think… its oke to be not easy…
Kali ini saya tidak akan membahas betapa menyenangkannya kelas semprag bersama mevrouw kami tersayang, tetapi akan membahas mengenai keakuratan pernyataan yang semakin hari semakin terbukti,bahwa semua permulaan itu selalu sulit.
Jika dikaitkan dengan pernyataan-pernyataan umum, permulaan, awalan atau hal-hal yang diikuti kata pertama memang cenderung sulit tetapi tak terlupakan.
Hari pertama sekolah, tahun pertama kuliah, kerja pertama, cinta pertama, ciuman pertama atau yang paling populer adalah malam pertama.
Susah, sakit, sedih, bahkan tidak jarang kita sempat depresi karena istilah yang bersambungan kata pertama itu. Tapi banyak juga yang merasa asyik dan senang setengah mati dengan sebuah permulaan. tapi saya yakin mereka yang suka ke- pertama-an itu pasti hanya segelintir di dunia ini.
Bila membahas ke-pertama-an saya di tahun ini? Saya punya cerita. Setelah enam bulan menjadi pekerja ‘lepas’ akhirnya tepat di awal tahun 2011 saya mengemban pekerjaan yang pertama di sebuah perusahaan ternama di negeri ini.
Sama seperti kata mevrouw Andrea yang maknanya juga serupa dengan persepsi umum akan sindrom ‘ke-Pertama-an itu,, pekerjaan pertama saya tidaklah mudah. Saya susah menghadapi, saya susah dihadapi dan saya susah mencari diri saya sendiri.
Awalnya saya selalu tenggelam dalam kebimbangan. Apakah saya cocok dengan bidang ini? Atau pekerjaannya yang tidak dapat dikompromi dengan diri saya? Apakah saya?? Ataukah saya?? Apa mungkin saya/ bagaimana kalau saya?
Beragam pertanyaan saya yang terus menerus tertuju pada saya ini membuat saya lelah.Kemudian saya terdiam sejenak dan sebelum terlelap, saya teringat sebaris keluhan yang kini terasa manis. “alles is moeilijk om te beginnen. And its true, this is my first job I think… its oke to be not easy…
Langganan:
Postingan (Atom)