i think...

Selasa, 01 November 2011

Belajar Itu Sabar




"Sekedar belajar itu biasa tetapi terus belajar hingga mendekati benar barulah luar biasa..."

Begitulah bunyi nasihat almarhum papa saya yang hingga saat inipun senantiasa terngiang ketika rasa malas mulai menjerat dan mengikat-ikat asa saya bila tengah mempelajari sesuatu yang baru.

Bermula sekitar sebulan yang lalu, saat saya mulai jengah dengan keterbatasan saya dalam berkendara. Saya hanya mampu mengoperasikan kendaraan roda empat sementara,saat ini keadaannya sudah berbeda. Tidak ada lagi mobil pribadi yang dapat saya kuasai sendiri dan lagi saya tinggal di pulau Bali yang mana sepeda motor sama pentingnya dengan kedua bilah kaki.

Akhirnya dengan bantuan seorang pemuda yang sangat dapat di andalkan, mulailah saya belajar mengendarai sepeda motor bersamanya. Bongkahan  rasa malu dan takut selalu menggendut setiap kali waktu belajar sudah menjemput. Namun  wajah sabar dan penuh harap dari sang "guru" itu yang akhirnya menguatkan saya untuk kemudian duduk di belakangnya dan berangkat ke sebuah lapangan sepi tempat saya belajar untuk berani.

Mulanya latihan pertama hanya berisi jeritan-jeritan ketakutan. Kemudian beralih ke tindakan mogok latihan karena lapangan seketika penuh orang. Selanjutnya godaan untuk bermain dengan ponsel pun turut menambah daftar penghalang proses belajar sepeda motor ini.

Sepekan berlalu dan saya masih terpaku di lapangan itu. Saya yang mulai terbakar rasa malu saya sendiri kini akhirnya terdampar pilu di tepian lapangan dan bahkan menangis menahan beban kesal mendapati diri saya hanya mampu menjadi bintang lapangan. Belum lagi rasa kesal semakin menjadi-jadi bila teringat ejekan kerabat-kerabat dekat kepada saya yang masih belum berani bersepda motor di jalan raya.


2 Hari kemudian

Rupanya hinaan yang datang berdampak cemerlang. Meskipun terdengar sangat menyakitkan tetapi kesakitan itu menjadi sebuah kekuatan untuk kemudian meberanikan diri saya berkendara di jalan raya. Akhirnya dengan mengajak mama, saya berkendara mengelilingi tempat-tempat mereka yang tadinya mengolok-olok kemampuan saya. Walaupun sepeda motor saya melaju seperti orang yang lesu dan beberapa kali terhenti dan bertumpu pada kaki, saya tetap bangga luar biasa.Paling tidak, kini saya telah sampai pada tahap akhir dari sebuah proses yang telah saya mulai.






 "Perkara bisa mahir, itu semua akan menjadi bisa karena terbiasa"

Begitulah lanjutan nasihat papa dulu kala saya baru berani mengemudikan mobil seorang diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar