i think...

Kamis, 10 Desember 2009

Personality PLUS2 (versi BUNG2)

Jujur,, saya menjadi kepikiran setelah membaca note dari tante Ana yang mengulas buku personality Plus yang kemudian diaplikasikan pada kedua anaknya. Saya kepikiran aja.. kira-kira siapa ya yang mungkin membantu saya mendiscover diri “termasuk dalam tipe yang manakah saya ini?

Apakah saya ini Melankolis (seorang yang tekun, setia dan pemikir),
Koleris(seorang yang keras kemauannya, percaya diri, persuasif dan suka berpetualang),
Sanguinis( seorang yang spontan, lincah
dan periang),
atau saya ini Plegmatis (seorang yang sabar, cinta damai, ramah dan mudah puas)??

(ASL, 5 Desember 2009).


Daripada saya sibuk memilah-milah karakter saya sendiri (dan bila hasilnya jauh dari kecacatan mental trus nanti dianggap narsis berlebih,), lebih baik saya balik saja versi note tante Ana tersebut. Bila tante Ana menjelaskan anak-anaknya, sekarang saya akan menjelaskan orangtua saya yaitu mama saya, itung-itung menjelang hari ibu ;)


Bila mengamati track record mama saya di di mata publik yang waktu mudanya terkenal sebagai penyanyi dalam orkes melayu atau istilah kurang formalnya “penyayi dangdut”, tentu dapat menebak dengan sekejap bahwa mama cocok digolongkan kedalam tipe sangunis. Memang sih siapa yang berani menyangkal kalau mama adalah orang yang periang dan selalu setia menghibur siapa saja. Tidak heran temannya jadi bertebaran dimana-mana.


Ada kawinan di sana langsung datang, ada berita duka disitu langsung pasang kerudung dan melaju tanpa ragu. Selain menyumbang kehadiran mama juga setia menghantarkan bala bantuan dalam keadan suka maupun duka. Sebagai pribumi yang berdarah “campur sari”, komunitas pertemanan mama juga berwarna-warni. Orang Jawa, Bali, Sunda, Arab, India, Tiong hoa hingga bule-bule semua ada dalam list pertemanannya. Sepertinya mama saya juga tepat menyandang gelar yang juga diberikan tante Ana buat Adhit, “ga ada lo ga rame”!!! Memang jiwanya periang, menyenangkan dan disukai banyak orang (apalagi keluarganya ;)



(dia lagi hepppie;)


Menurut saya, ada beberapa tingkatan dalam berhubungan dengan orang lain. Bila diibaratkan dengan sepotong roti gulung bundar yang terdiri dari beberapa lapisan, tentu pertemanan bukan menjadi lapisan terdalam tetapi juga bukan yang paling luar. Umumnya lapisan terdalam yang selainya lebih banyak dan amat nikmat itu dihuni oleh keluarga. Dengan demikian sebagai anak kandung, sudah pasti saya menduduki lapis dalam itu dan karena berada di tempat terdalam, tentu saya memiliki lebih banyak informasi daripada apa yang telah terekam di benak publik.

Bilamana di lapisan terluar karakter mama sangat sangunis, tidak begitu dari mata saya.Namun saya juga tidak seratus persen kontra dengan opini publik mengingat mama saya memang tak pernah mati gaya dalam bertindak dan bercerita. Hanya saja, saya berani mengutarakan bahwa karakter sangunis mama sesungguhnya berdampingan dengan karakter lain yang cukup berlawanan yaitu, melankolis.


Mama sangat sensitif. Mungkin beberapa orang sulit percaya bahwa hal-hal yang tidak biasa pun mampu menyentuh hatinya hingga kemudian merangsang kelenjar-kelenjar airmata untuk menjatuhkan bulir-bulir tangis dari matanya yang kini sudah berkantung. Misalnya saja, jika menonton film sedih, mama bisa lebih sedih daripada pemain utamanya atau mendengar cerita sedih dari kerabat, tangisan mama bisa jauh lebih melengking daripada nara sumbernya.

Umumnya kesedihan-kesedihan yang ditawarkan oleh film maupun kehidupan adalah kejadian sehari-hari yang meliputi kasih tak sampai, pengorbanan sepenuh hati, kegagalan, maupun kehilangan untuk selama-lamanya. Untuk hal-hal tersebut, adalah hal yang wajar bilamana kita menangis. Jadi wajarlah mama menangis (walaupun dengan intesitas yang agak tidak wajar:)


Dalam kasus lain, alasan-alasan air mata mama untuk keluar dan membanjiri pipinya benar-benar sulit dipercaya. Bagaimana tidak, bila hanya dengan melihat kelinci yang melahirkan, mendengar kabar keponakan mendapat menstruasi pertama atau kemudian mendapat telefon dari saudara yang di luar negeri, mama akan menangis layaknya ketika menyaksikan tokoh utama dalam film india yang tertembak mati atau kehilangan cinta sejati.



(dia lagi nangis gara2 abis sungkeman)


Bahkan pernah.. dulu sebuah lampu gantung dari kaca berukuran besar yang terdapat di kamar adik saya, tiba-tiba terjatuh menimpa ranjang si Rembulan. Pada saat itu adik saya tidak ada ditempat melainkan disekolah dan seharusnya tidak ada yang perlu dipermasalahakan bukan?
Namun mama yang ketika itu sedang di dapur, menjerit .. berlari terbirit-birit menuju kamar, kemudian menangis hingga tak sadarkan diri.


Ketika tersadar dirinya ditanya oleh papa saya dengan segenap ekspresi heran,
“ Kenapa kau pingsan, Nung??”
Dia menjawab “ Aduuuh,,, bagaimana jadinya kalau Bulan lagi tidur disana…”
Kemudian tangisan mengencang dan kembali kehilangan kesadaran alias pingsan … ;). Belive it or not.. it was not a fiction


Seandainya ada klasifikasi tambahan untuk tipe melankolis, saya yakin mama akan masuk kedalam golongan melankolis “ stadium 4 “ karena mama selalu “banjir” dengan hal-hal yang bahkan tak terpikir oleh orang lain untuk menitikkan air mata. Namun bilamana ada klasifikasi tambahan juga untuk tipe sanguinis,, mamapun juga akan di vonis sangunis stadium “ tersadis ” karena perangainya yang kerap mencerahkan sekitarnya.

I love u mama wether in ur sanguinis or melancolis role.





P.S: thanks ya tante,, notes tante yang manis itu mengisnpirasiku ;)

(puridewitri, 7 des 09)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar