i think...

Rabu, 28 September 2011

Hari ke 12 (30 Days Project- Sweet Sunset)

Zondag, 18 -9- 2011



sejak pagi hari saya sudah melihat status pesan salah satu sahabat saya yang berisikan ucapan selamat ulang tahun untuk pacarnya. Tetapi barisan doa manis itu sama sekali tidak menggetarkan ingatan saya akan seseorang dari masa lalu…

Pagi terus merangkak dan perut semakin lapar,,sembari menanti makanan siap dimasak , saya membuka jejaring sosial favorit saya.

Laman depan menampakkan info-info terkini orang-orang dan di kanan atas ada sebuah kolom informasi berisikan siapa-siapa saja yang berulang tahun hari ini. Sontak nama yang berada di barisan ketiga seketika menjemput saya menuju masa lalu…

someday in 2005
,,,saat saya tengah sibuk membuatkan kue dan mengemasnya dengan kreatifitas yang kala itu paling berkualitas. Setoples kue rhumballen berbahan dasar roti marie, susu kental manis putih dan gula-gula warna-warni yang saya buat sendiri itu dengan penuh kehangatan cinta yang membara tentunya. Sungguh manis kenangan itu semanis dan senikmat kue-kue bola buatan saya.



Sayangnya, bara cinta pertama saya sudah meredup dan telah mengabu. Tak ada lagi rasa syahdu bahkan percik-percik rindu dari lima tahun lalu. Kami putus dengan kasus yang tak berujung mulus. Titik!!



Hari ini muncul keraguan di dasar hati…” haruskah saya mengirimkan pesan singkat, menuliskan di dinding jejaring sosial atau mungkin menelfonnya?”
Sungguh ,,, ini adalah pilihan yang membingungkan mengingat kami sudah lama sekali tak berkomunikasi.

Sejam, dua jam, tiga jam, empat jam hingga lima jam berlalu, saya masih bergumul dalam keragu-raguan. Lama-lama saya geram mengingat usia saya yang kini tak lagi mendukung aksi bungkam dan mendendam kepada “tokoh-tokoh” dari masa lampau. Akhirnya sekitar pukul setengah enam sore waktu Indonesia tengah, saya mulai terkejut-kejut.


Pertama, saya terkejut ketika mendapati namanya masih ada di data kontak hand phone saya. Kedua, saya terkejut ketika panggilan saya dijawab oleh dia. Ketiga saya terkejut dengan diri saya yang mampu mengucapkan ucapan selamat ulang tahun padanya dengan penuh wibawa dan tanpa ada tanda-tanda cinta. Keempat saya terkejut dia menawarkan nomer handphone barunya yang lebih sering aktif dan kejutan kelima saya sangat terkejut mendapati diri saya menolak mencatat nomer baru dari si dia.





Lihatlah,,, betapa percikan lama telah resmi tiada. Sakit sudah reda dan hati pun tak lagi mengiba

Semua memang indah pada waktunya. Meskipun dulu dia sungguh berhasil menyakiti hati ini, saya tetap berterimakasih karena dari kesakitan itu saya dapat menjadi saya seperti sekarang yang (insya allah) tegar seperti karang .

Voorbij is altijd voorbij


Tidak ada komentar:

Posting Komentar